dok.......bersama Karpani P. Ni.
Masjid Syafi'ul Ummah Puri Permata
Kelurahan Sembun
Kelurahan Sembun
Khotib/Imam:BapaH. Priono, Bilal :Bapak Moch Akrus,
Materi : Lima Perkara Penghalang Kesalehan
Sahabat Ali
Karramallahu Wajhah pernah berkata “andaikan tidak ada lima keburukan di dunia
ini, tentunya manusia menjadi orang saleh semua. Kelima keburukan itu adalah 1)
merasa senang dengan kebodohan. 2) tamak dengan dunia. 3) bakhil dengan
kelebihan harta. 4) beramal disertai riya’ dan 5) selalu merasa bangga diri di
atas yang lainnya”
اَلْحَمْدُ لِلهِ
الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ
إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ
عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ
وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا بَعْدُ) فَقَالَ تَعَالَى وما أمروا
الاليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوة وذلك دين
القيمة
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Marilah di hari ini
kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan diri dari
kecurangan,kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Karena dengan
demikian kita dapat istiqamah berusaha menjadi orang yang saleh
Jama’ah Jum’ah
Rahimakumullah
Apa yang hendak
disampaikan khatib pada khutbah kali ini sebenarnya berasal dari satu
pertanyaan asasi. Manakah sebenarnya yang lebih dulu ada di dunia ini,
kegegelapan lantas disusul dengan terang. Ataukah terang yang kemudian
dinodai dengan kegegelapan?
Dalam sebuah
perkataanya sahabat Ali Karaamallhu Wajhah pernah berkata “andaikan tidak ada
lima keburukan didunia ini, tentunya manusia menjadi orang saleh semua. Kelima
keburukan itu adalah 1) merasa senang dengan kebodohan. 2) tamadk dengan dunia.
3) bakhil dengan kelebihan harta. 4) riya’ dalam beramal dan 5) membanggakan
diri”. Dalam teks arabnya berbunyi demikian:
عَنْ عَلِيّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ لَوْلَا خَمْسَ خِصَالٍ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ صَالِحِيْنَ
اَوَّلُهَا اَلْقَنَاعَة ُبِالجَهْلِ وَالْحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا وَالشُّحُّ
بِالْفَضْلِ وَالرِّياَ فِى الْعَمَلِ وَالْإعْجَابُ بِالرّأيِ
Demikian keterangan
Sayyidina Ali tentang lima hal yang merusak susunan masyarakat muslim sehingga
terjebaklah mereka dalam kenistaan. Sebagaimana akan diterangkan satu persatu
dibawah ini.
Pertama, merasa senang
dengan kebodohan, artinya adalah
membiarkan diri bahkan merasa nyaman dengan ketidak tahuan dalam masalah agama.
Sebagaimana banyak terjadi pada muslim masa kini di perkotaan yang tiap harinya
disibukkan dengan urusan bisnis dan bermacam pekerjaan demi mencapai
cita-citanya. Sedangkan masalah ke-islaman cukup dipasrahkan saja kepada para
ustadz yang dipanggil ketika dibutuhkan. Entah untuk berdoa, untuk ditanya
ataupun sekedar dijadikan teman curhatnya.
Tidak ada dalam
dirinya keinginan belajar dengan sungguh-sungguh apa itu Islam dan bagaimana
seharusnya menjadi muslim yang baik. Tidak pernah ingin tahu cara shalat dan
wudhu yang benar. Mereka sudah puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari
teman atupun dari meniru tetangga. Paling-paling belajar keislamannya didapat
dari tayangan televisi pada kuliah subuh dan dalam broadcast- broadcast
semacamnya.
Memang itu tidak
salah, tapi semua itu menunjukkan ketidak seriusan keislaman mereka
dibandingkan dengan keseriusannya belajar ilmu pengetahuan atupun kesibukannya
mengurus berbagai urusan dunia. Orang seperti ini seharusnya mengingat pesan
Rasulullah saw:
اللهُ يَبْغَضُ كُلَّ
عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ رواه الحاكم
Allah membenci orang
yang pandai dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam urusan akhirat.
Ma’asyiral Mukminin
Rahimakumullah
Kedua, tamak
dengan dunia dan ketiga bakhil dengan kelebihan harta, kedunya merupakan pasangan yang selalu
terkait bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karena siapapun yang
tamak dan merasa kurang dengan berbagai kepemilikan hartanya pastilah dia akan
berlaku bakhil dan sangat sayang dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.
Dalam kesempaatan lain
Rasulullah saw pernah menyinggung tentang ketamakan. Beliau berkata yang
artinya bahwa mencintai harta adalah sumber segala kecelakaan dan keburukan.
Baik keburukan fisik maupun mental. Mari kita bersama-sama berintropeksi diri
mengapa diri ini seringkali masuk angin gara-gara terlalu sering di jalan demi
mengejar satu pekerjaan. Betapa para pebisnis itu sering kali keuar masuk rumah
sakit berganti-ganti penyakit karena komplikasi yang disebabkan kurangnya
perhatian dalam mengurus diri dan lebih suka mengejar materi. Meskipun ini
bukanlah hukum universal yang dapat diterapkan pada semua orang, tetapi minimal
menjadi pelajaan bagi kita yang mengerti. Betapa kecintaan dan ketamakan dunia
selalu membawa petaka. Belum lagi petaka mental yang merusak negeri ini.
Korupsi, kolusi dan juga kebiasaan berbohong demi citra diri semua bermuara
pada satu kata ‘tamak terhadap dunia’. Untuk hal ini khatib lebih baik tidak
banyak komentar karena semua jam’ah telah mafhum adanya.
Rasulullah saw pernah
bersabda:
الزّهْدُ فِى
الدُّنْيَا يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالبَدَنَ وَالرُّغْبَةُ فِيْهَا تُتْعِبُ
اْلقَلبَ وَاْلبَدَنَ رواه الطبرانى
Zuhud (tidak suka)
dunia sangat menyenangkan hati dan badan. Sedangkan cinta dunia sangat
melelahkan hati dan badan.
Demikianlah bahwa
kebakhilan ataupun kepelitan merupakan dampak sistemik yang tidak terhindarkan
dari ketamakan dunia. Dan kebakhilan pasti akan menjauhkan seseorang dari
Allah, surga dan sesama manusia. Itu artinya kesalehan bagi orang yang bakhil
adalah angan-angan belaka. Dan jikalau ada keselahan di sana pastilah itu hanya
kesalehan yang semu. Karena hadits Rasulullah tentang kebakhilan yang
menjauhkan seseorang dari Allah dan surga serta manusia sesama adalah hadits
Shahih.
Para Jama’ah yang
Dirahmati Allah
Keempat, riya dalam
beramal. Riya’ adalah pamer
yaitu melakukan satu amal ibadah (agama) dengan maksud mendapatkan pujian dari
manusia. Atau dengan bahasa yang agak kasar riya dapat juga dikatakan dengan
mengharapkan nilai dunia dengan pekerjaan akhirat. Rasulullah saw menegaskan
bahwa riya termasuk dalam kategori syirik kecil (as-syirikul asyghar)
dalam salah satu sabdanya “sesungguhnya sesuatu yang sangat saya khawatirkan
atas dirimu adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR.Ahmad).
Disebut demikian
karena perwujudan riya yang sangat halus dan tidak kentara. Adanya hanya dalam
hati. Tidak ketahuan di dalam tindakan diri. Para sufi mengibaratkan halusnya
riya seperti semut hitam yang merayap di atas batu keras warna hitam di tengah
pekat malam. Begitu halusnya riya hingga seringkali mereka yang terjangkit
penyakit ini seringkali tidak sadar.
Fudhail bin Iyadh
seorang sufi pernah mencoba menjabakan tentang riya dengan bahasa keseharian
katanya: ”jika datang seorang pejabat kepadaku, kemudian aku merapikan
jenggotku dengan kedua belah tanganku, maka aku benar-benar merasa khawatir
kalau dicatat dalam kategori orang-orang munafik”
Demikianlah hendaknya
segala apa yang dilakukan manusia disandarkan kepada Allah swt. Tidak hanya
semata mempertimbangkan kepentingan manusia. Apalagi jika berhubungan dengan
amal ibadah murni seperti shalat, baca al-qur’an, zakat dan lainnya maka Allah
swt mengancam mereka yang mendustainya dengan neraka Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ
Sesungguhnya Allah swt
mengharamkan surga bagi orang yang riya.
Dan kelima, adalah
ujub atau membanggakan diri. Yaitu merasa diri paling sempurna dibandingkan dengan yang
lain. Ketidak bolehan perasaan ujub ini dikhawatirkan pada lahirnya
kesombongan, dan kesombongan itu sendiri merupakan sifat Allah yang tidak boleh
ada dalam diri manusia.
Demikianlah lima hal
yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dapat menghalangi seseorang
menjadai seorang yang saleh.
Demikianlah khotbah
singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam,
bagi kita semua amin.
Yang terakhir…
Semoga kita selalu bisa Menata hati dan senantiasa sadar akan kekurangan diri kita,
agar dapat meredam luapan emosi untuk memperhatikan cela orang lain dengan mata
meremehkan. Dengan harapan semoga dapat menjadikan diri kita amat berhati hati
dalam melihat cela orang lain . sebab semua kesalahan yang terjadi pada orang
lain bisa saja terjadi pada diri kita sendiri
باَرَكَ اللهُ لِيْ
وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ
الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Masjid membangun Gapura dan pagar |
Ta'mir Masjid Selesai Sholad Idul Adha 1435 H |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar